Saturday, July 14, 2018

Ulama besar yang hafal 100.000 hadist pada abad ini


Siapakah beliu......?

  Beliu adalah sang guru mulia AL HABIB UMAR BIN HAFIDZ.
  Al-hafidz adalah sebuah gelar agung yang di peruntuhkan bagi ulama yanh hafal 100.000 hadist beserta sanad dan matan nya.
Pada jaman dahulu ada banyak ulama yang mencapai derajat ini,namun di jaman sekarang sudah sangat langka.
Perlu di ketahui,yang di maksud hafal hadist di sini bikan hafal matannya nya saja.
(Rasulullah SAW bersabda..)
Bukan dari situ....
Namun juga harus mampu hafal dengan nama-nama perawi di rantai sanad nya(dari fulan yang mengabarkan dari fulan,dari fulan dari fulan,di situ sampai kepada muhammad Rasulullah SAW.
Dan juga hafal tahun lahir perawinya,keadaan hidup nya,asal nya dsb.
Sedangkan satu hadist yang pendek saja,bisa menjadi dua halaman bila di sertai hukum sanad dan hukum matan nya.
  Al Habib umar bin hafidz,beliu lah  salah satu ulama yang mampu mencapi derajat al hafidz di abad ini.
Beliu hafal 100.000 lebih berserta hukum-hukum sanad dan matan nya secara keseluruan.
 Sedang kan untuk mencapai derajat al hafidz di abad ini bukan lah perkara yang gampang.
Dimana jumlah hadist di muka bumi ini yang bertebaran di kitab-kitab tidak mencapai 100.000 hadist.
  Artinya jika kita mengumpulkan seluruh buku hadist yang ada sekarang,jumlah keseluruan tak akan mencapai 100.000 hadist.

 Kita lihat misal nya,kitab sahih bukhari hadist nya sekitar => 7.124.(jika ada yang berpendapat lain,jumlah nya pun tidak jauh dari itu.)
 Kitab sahih muslim jumlah nya sekitar =>3.033
(Sebagian pendapat mengatakan sekitar 5.000 an hadist.)
  Sunan abu daud memuat sekitar=>5.000 an hadist.
  Sunan thirmidzi memuat sekitat =>4.000 an hadist.
  Sunan An Nasa'i memuat sekitar=> 5.000 hadist.
  Sunan ibnu majah memuat sekitar =>4.300 an hadist.
  Sahih ibnu hibban memuat sekitar=>3.000 an hadist.
  Al muwatha' Imam malik memuat sekitar=> 1.600 an hadist.
  Musnad Ahmad bin Hanbal memuat sekitar=> 27.000 an hadist.

  Mungkin masih banyak puluhan kitab hadist lain nya,namun jika di kumpulkan insya allah,tidak mencapai 100.000 hadist.

 Jadi bagai mana cara nya seseorang bisa meng hafal sebanyak 100.000 hadist,di zaman ini??
Sedangkan jumlah hadist di kitab-kitab insya allah tidak mencapai 100.000.hadist.
  Cara nya...

Selain mengafal semua hadist yang sudah tertulis di kitab,tentu saja harus di teruskan untuk meng hafal hadist yang belum di buku kan.
 Cara ini hanya bisa di dapatkan dengan jalan berguru,kepada ulama hadist yang menyimpan hadist yang mungkin di dapatkan dari guru-guru nya,guru nya dapat dari guru dari guru nya di situ hingga sampai kepada Muhamad Rasulullah SAW.Namun mungkin hadist tersebut belum pernah di bukuk kan.

 Demikian lah Guru mulia  Al habib umar bin hafidz,beliu mampu mencapai derajat,Al hafidz di jaman ini.
Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua gerak  gerik dan penampilan beliu berdasarkan sunnah dan ada landasan hadist nya.Mulai dari cara berpakaian,cara duduk,cara berjalan,cara makan,cara tidur,cara minum,cara berbicara,sampai kepada kegiatan sehari-hari beliau hampir sama dengan Rasulullah SAW.
 Jadi misalnya jika suatu saat melihat cara duduk beliu dengan cara A,lalu kita cari-cari hadist nya apakah Rasulullah pernah duduk dengan gaya seperti itu,?
Pasti kita akan menemukan nya,dan memang Rasulullah pernah duduk sepeti itu.
 
  Maka tidak berlebihan jika di katakan bahwa beliu adalah kitab hadist yang berjalan,karna hampir semua gerakan dan kegiatan beliu lakukan selalu berdasarkan sunnah ada landasan nya.

  Lihat lah bagai mana ahlak beliu?
  Bagai mana tawadlu nya beliu?
  Beliu pernah berkata.;

   "Tidak lah aku berdiri di hadapan orang-orang  untuk mendakwahi mereka,kecuali aku meyakini,bahwa mereka lebih baik dan lebih mulia dariku.
 Dan tidak lah aku  berdiri di hadapan mereka kecuali aku mengharapkan berkah doa-doa mereka......
  Subahanallah........
   Shallu'alan nabi muhamad SAW.

Friday, July 13, 2018

Kh.Ahmad sodiq(lampung timur)


Innalillahi wainna ilaihi roji'un.

        LAMPUNG KEMBALI BERDUKA.....

    Telah berpulang ke Rahmatulloh,kiyai kami,Guru kami,orang tua kami.
Mustasyar PBNU,Mursyid ThoriqohQodiriyah Wannaqsabandiyah,mbah Kh.Ahmad shodiq
Pengasuh ponpes.DARUSSALAMAH way Jepara(Lampung timur)
Pada hari ini,jum'at 13 juli 2018.Di RS.URIP Sumoharjo,Bandar Lampung.

    Semoga Amal ibadah beliau,Perjuangan beliu,senantiasa di terima oleh allah SWT,
Dan di tempat kan di sisi allah tempat yang mulia,penuh kenikmatan,dan semoga khusnul khotimah.amin amin ya allah.

    Semoga dengan postingan ini menjadikan kita selalu ingat dan mengerti wali-wali allah swt.
Alfatehah......

Tuesday, September 26, 2017

PESAN INDAH MBAH MAIMOEN ZUBAIR



K.H maimoen Zabair Dawuh.........            
 
        Jika engkau melihat seekor semut terpeleset dan jatuh di air,
Maka angkat dan tolonglah...
Barangkali itu menjadi penyebab ampunan bagimu di akherat.
Jika engkau menjumpai batu kecil di jalan yang bisa menggangu jalannya kaum muslimin,
Maka singkirkanlah,
Barangkali itu menjadi penyebab dimudahkannya jalanmu menuju syurga.
Jika engkau menjumpai anak ayam terpisah dari induknya,
Maka ambil dan susulkan ia dengan induknya,
Semoga itu menjadi penyebab Allah mengumpulkan dirimu dan keluargamu di surga.
Jika engkau melihat orang tua membutuhkan tumpangan,
Maka antarkanlah ia...
Barangkali itu mejadi sebab kelapangan rezekimu di dunia.
Jika engkau bukanlah seorang yang mengusai banyak ilmu agama,
Maka ajarkanlah alif ba' ta' kepada anak2 mu,
Setidaknya itu menjadi amal jariyah untukmu..
Yang tak akan terputus pahalanya meski engkau berada di alam kuburmu.
Jika engkau tidak bisa berbuat kebaikan sama sekali,

          Maka tahanlah tangan dan lesanmu dari menyakiti sesama makhluk hidup.....
Setidaknya itu akan menjadi sedekah untuk dirimu.
Al-Imam Ibnul Mubarak Rahimahullah berkata:
رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ
“Berapa banyak amalan kecil, akan tetapi menjadi besar karena niat pelakunya.
Dan berapa banyak amalan besar, menjadi kecil karena niat pelakunya”
Jangan pernah meremehkan kebaikan,
Bisa jadi seseorang itu masuk surga bukan karena puasa sunnahnya,
Bukan karena panjang shalat malamnya.
Tapi bisa jadi karena akhlak baiknya dan sabarnya ia ketika musibah datang melanda.
Rasulullah bersabda:
« لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ ».
“Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya)bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum".(HR. Muslim)
Mari kita selalu berusaha dg Pikiran dan prilaku positif,
Semangat meraih hasil terbaik serta saling mendoakan akan keberkahan..


Aamiin.................Amin........

@Santri nyentrik

Thursday, September 21, 2017

PRISTIWA DI BALIK HIJRAH RASULULLAH SAW


              .......Hijrah pengertiannya secara etimologis adalah meninggalkan suatu perbuatan, menjauhkan diri dari pergaulan, pindah dari satu tempat ke tempat lain atau meninggalkan suatu daerah menuju daerah lain, misalnya berpindahnya orang Badui (penduduk padang pasir) menuju ke kota-kota (Lisanul Arab, hal. Vo. 15, hal. 121-122). Secara terminologis yang dikaitkan dengan syari’at agama, hijrah itu pada hakikatnya terdiri dari empat macam.

Pertama, berhijrah dengan meninggalkan semua kegiatan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu menghindari segala perbuatan yang tercela yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Berhijrah dalam arti demikian, misalnya disebutkan dalam hadis Nabi:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ... وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ (رواه البخاري) 
Dari Abdullah bin ‘Amr radliyallahu 'anh, Rasulullah shallallahu 'anh bersabda: “... Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari, No: 9). Dengan demikian, setiap orang yang telah meninggalkan larangan Allah berarti ia telah melakukan hijrah dalam arti yang pertama.

Kedua, berhijrah atau mengasingkan diri dari perbuatan dan tingkah laku orang-orang musyrik dan orang-orang kafir yang selalu memfitnah dan menyakiti orang-orang Islam. Demikian kerasnya tekanan dan permusuhan orang-orang kafir dan orang-orang musyrik terhadap orang-orang Muslim, sehingga orang-orang Muslim itu tidak mampu lagi melaksanakan ajaran agamanya. Apabila terjadi keadaan seperti ini, maka diwajibkan bagi setiap individu Muslim untuk berhijrah meninggalkan kaum yang dzalim itu, kecuali apabila mereka tidak mempunyai kemampuan untuk berhijrah.
Ketiga, berhijrah dari suatu daerah yang diliputi kezaliman, kerusakan, kehancuran akhlak, dan kemaksiatan yang telah merajalela, menuju daerah yang lebih baik. Di daerah baru, tempat berhijrah itu diharapkan pelaksanaan ajaran Islam dapat ditegakkan oleh masyarakatnya, bergaul dengan orang-orang saleh dan bertakwa. Dengan demikian orang-orang Muslim yang berhijrah itu akan dapat meningkatkan keimanan dan takwanya kepada Allah. Di daerah baru itu orang-orang Muslim hendaknya berusaha dengan sungguh-sungguh mengadakan perbaikan dan pengembangan ajaran Islam.

Keempat, berhijrah dengan sikap mental yang disebut al-hijrah al-qalbiyah, yaitu dengan jalan menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tercela dan dilarang oleh agama, meskipun banyak orang yang di sekelilingnya mengerjakan keburukan itu. Tugas orang-orang muslim dalam masyarakat seperti ini adalah berjuang menegakkan nilai-nilai kebenaran Islam menurut kemampuan masing-masing yang dimilikinya.

Hijrah Rasul yang dimaksud dalam kajian ini adalah hijrahnya Nabi Muhammad tahun 622 M dari Makkah ke Madinah. Hijrah itu terjadi karena disebabkan oleh penindasan orang-orang musyrik Quraisy yang luar biasa terhadap Nabi dan para sahabatnya. Sejak awal bangkitnya dakwah islamiyah yang disampaikan Rasul Muhammad permusuhan orang-orang musyrik Quraisy terhadap beliau tidak pernah bergeming setapak pun. Dengan berbagai cara mereka lakukan untuk membendung dakwah Islam, dari cara yang halus sampai pada cara yang kasar dan sadis. Dari cara-cara yang masuk akal sampai cara yang tidak masuk akal, tetapi semua usaha mereka gagal sama sekali.

Cara yang amat halus misalnya, mereka mendatangi Abu Thalib sebagai pemimpin Quraisy yang amat berwibawa, agar mau membujuk Nabi, keponakan yang sangat dicintainya. Mereka menawarkan, andaikata dengan gerakan dakwahnya Muhammad menghendaki harta benda dan emas permata, atau ingin menjadi raja, atau ingin menikahi wanita-wanita cantik, akan mereka berikan kekayaan yang banyak, mereka jadikan raja dan mereka pilihkan wanita-wanita cantik untuknya. Hanya saja mereka mohon agar Muhammad meninggalkan kegiatan dakwahnya.
Bujukan yang teramat halus untuk mematikan dakwah Islam itu dijawab oleh Nabi dengan jawaban yang tegas dan tak kenal kompromi. Beliau menjawab: “Demi Allah wahai pamanku! Meskipun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan dakwah Islam itu, aku tidak akan meninggalkannya, sehingga aku mendapat pertolongan dari Allah atau aku hancur binasa karenanya."

Mendengar jawaban keponakannya yang begitu tegar dalam membela kebenaran agama Allah, Abu Thalib merasakan adanya keagungan risalah yang dibawanya. Simpatinya atas Nabi justru bertambah. “Lanjutkan apa yang engkau perjuangkan, dengan segala kemampuanku aku senantiasa melindungimu,” katanya.
Cara yang tidak masuk akal misalnya, tokoh-tokoh musyrik Quraisy pernah mendatangi Abu Thalib, mereka mengatakan: “Wahai Abu Thalib, kalau engkau senantiasa menyayangi dan melindungi Muhammad karena ia memiliki wajah yang tampan, gagah dan menarik, sekarang kami bawakan seorang pemuda yang kegagahan dan ketampanannya menyaingi Muhammad. Kami serahkan pemuda ini kepadamu sebagai pengganti Muhammad dan Muhammad serahkan kepada kami.” Abu Thalib menjawab: “Wahai para pemimpin Quraisy, diletakkan di mana akalmu? Kamu serahkan anakmu kepadaku untuk aku pelihara dan aku harus menyerahkan anakku (keponakanku) untuk engkau bunuh”.

Setelah berbagai tipu daya mereka usahakan untuk mematikan cahaya kebenaran Islam, semuanya tidak berhasil, terakhir kali mereka mengadakan musyawarah penting di Dar al-Nadwa. Tempat ini merupakan tempat Qushay ibn Kilab, yang senantiasa dipakai untuk musyawarah. Di sanalah perkara-perkara penting Quraisy diputuskan. Musyawarah yang dihadiri oleh wakil seluruh Kabilah Arab itu mengajukan berbagai pendapat yang beraneka ragam, di antaranya: (1) Muhammad harus diusir dari kota Makkah; (2) Muhammad harus dimasukkan dalam penjara; (3) Muhammad harus dibunuh.
Usul yang pertama dan kedua ditolak oleh peserta musyawarah, usaha dengan jalan itu sia-sia. Karena jika Muhammad diusir, maka akan memberi kesempatan baginya untuk menyusun kekuatan di luar kota Makkah dengan para sahabatnya, usul ini dianggap membahayakan. Apabila Muhammad dimasukkan penjara, ia amat tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai musibah, malah akan menimbulkan simpati bagi para sahabatnya dan mengakibatkan pengikutnya semakin bertambah saja. Usul yang ketiga dianggap paling tepat, Muhammad harus dibunuh.

Akan tetapi mereka menjumpai kesulitan, kalau salah seorang dari suku tertentu membunuh Muhammad akan menghadapi pembalasan dari suku Nabi Muhammad, yaitu suku Abdi Manaf. Masyarakat Arab waktu itu, sangat fanatik terhadap sukunya masing-masing. Kesulitan itu kemudian dapat mereka atasi dengan jalan menugaskan bagi setiap suku Arab agar mengirimkan satu utusan untuk membunuh Muhammad bersama-sama. Dengan demikian suku Abdi Manaf tidak dapat membalas, karena berhadapan dengan seluruh suku Arab, paling mereka harus membayar denda atau diyat. Tipu daya kaum musyrik Quraisy yang amat keji, sadis dan tidak mengenal perikemanusiaan seperti itu, disebutkan al-Qur’an:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (QS. al-Anfal, 8: 30).

Di sisi lain ketika orang-orang Quraisy semakin mengganas, menyiksa dan menyakiti para sahabat Nabi dengan berbagai siksaan yang menyakitkan, Nabi menyuruh para sahabat agar berhijrah ke Madinah. Para sahabat Nabi, satu demi satu secara sembunyi-sembunyi berangkat hijrah ke Madinah, meninggalkan tanah kelahiran mereka, rumah tempat tinggal dan segala apa yang dicintainya menuju ridha Ilahi. Mereka semua rela mengorbankan apa saja yang dicintainya termasuk dirinya sendiri untuk menegakkan agama Allah. Agama yang mengantarkan umat manusia memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.Setelah para sahabat berhijrah, tinggalah sebagian kecil umat Islam di Makkah, di antaranya Nabi Muhammad, Ali bin Abi Thalib yang tinggal serumah dengan beliau, dan Abu Bakar al-Shiddiq bersama keluarganya. Nabi belum berangkat berhijrah karena belum ada perintah dari Allah. Ketika orang-orang musyrik telah siap dengan suatu pasukan yang terdiri dari berbagai kabilah Arab, mereka bergerak untuk mencari dan membunuh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Pada suatu malam, mereka mengintai Nabi, dan mereka menjumpai Nabi sedang tidur di atas dipannya yang sederhana. Nabi waktu itu mengenakan “selimut hijau dari Arabia Selatan”, tepatnya dari Hadramaut. Orang-orang musyrik Quraisy merasa tenang, mereka yakin malam itu akan dapat membunuh Nabi. Rumah Nabi juga dijaga ketat, mereka tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melaksanakan pembunuhan terhadap Rasul yang amat dicintai para sahabatnya.

Pada malam itu juga Nabi diperintahkan Allah agar segera berhijrah, Jibril a.s. menyampaikan: “Muhammad janganlah kamu tidur malam ini di tempat tidurmu, karena sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu untuk berhijrah ke Madinah" (Ibn al-Atsir al-Kamil fi al-Tarikh, hal. 72).
Setelah menerima perintah untuk berhijrah, Nabi memanggil Ali bin Abi Thalib, saudara sepupu beliau, yang senantiasa berjuang membela kebenaran, agar ia mencatat barang-barang berharga milik orang-orang Makkah yang dititipkan kepada Nabi. Ali segera mencatat satu-persatu dan esok harinya akan disampaikan kepada pemiliknya. Karena terkenal jujur dan baik, Nabi sering dititipi barang-barang berharga oleh orang-orang Quraisy. Selesai mencatat barang-barang itu, Nabi memerintahkan Ali agar tidur di tempat tidurnya, dan mengenakan selimut hijau dari Hadramaut yang biasa dipakai Nabi (Muhammad Husain Haikal, Hayatu Muhammad, hal. 210).

Di sini sayyidina Ali melakukan suatu kontrak, bukan kontrak rumah atau jual beli tanah, akan tetapi kontrak mati. Ali tidur di atas dipan Nabi, juga menggunakan selimutnya, padahal di luar, pemuda-pemuda Quraisy yang sadis siap membunuhnya. Akan tetapi Ali k.w. rela mati untuk membela Nabi dan membela kebenaran. Ali demikian juga sahabat yang lain lebih mencintai Nabi daripada cintanya terhadap segala sesuatu termasuk dirinya sendiri.

Malam itu, tanggal 2 Rabi’ul Awwal tahun ketiga belas dari kenabian, bertepatan dengan 20 Juli 622 M, Nabi berangkat dari rumah untuk berhijrah. (Said Ramadhan, Fiqh al-Sirah, hal 185). Keberangkatan Nabi dari rumah dilakukan malam hari setelah lewat dua pertiga malam. Nabi keluar dari rumah, kemudian mengambil segenggam pasir dan melemparkannya kepada orang-orang Quraisy yang akan membunuh beliau. Orang-orang Quraisy itu dengan takdir Allah, maka tertidur sejenak dan tidak mengetahui Nabi pergi meninggalkan rumahnya. Waktu keluar, Nabi membacakan awal surat Yasin sampai ayat: 
وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ 

“Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat." (QS. Yasin, 36: 9).

Setelah selamat, keluar dari rumah, Nabi terus menemui Abu Bakar. Ternyata Abu Bakar telah menyiapkan dua ekor unta untuk berhijrah. Malam telah larut, tinggal sepertiganya, dengan penuh pasrah kepada Allah, Nabi dan Abu Bakar as-Siddiq berangkat menuju suatu Gua di Bukit Tsur, sebelum berangkat ke Madinah (Khudri Bek, Nur al-Yaqien, hal 77).

Setelah tinggal di Gua Tsur kurang lebih selama tiga hari, Nabi dan Abu Bakar al-Siddiq melanjutkan perjalanan berhijrah ke Madinah. Jalan yang ditempuh Nabi sangat sulit, bukan jalan biasa yang dilalui orang, karena menghindari pengawasan kaum musyrik Quraisy. Nabi dan Abu Bakar ditemani oleh dua orang sebagai penunjuk jalan dan yang bertugas mengawal dua ekor unta yang mengangkut Nabi dan sahabatnya yang sangat dicintai itu. Perjalanan ke Madinah sangat berat dan mencemaskan, namun dengan ketabahan dan kesabaran serta keikhlasan beliau jalani semua dengan tawakkal kepada Allah. 


Sunday, June 4, 2017

8 Amalan khusus di bulan ramadhan



Ass'alamualaikum wr.wb.
Alhamdlillah dengan rasa syukur dan nikmat allah yang sangat luar biasa kita masih bisa di pertemukan dengan bulan yang penuh berkah ini,yang mana di bulan ini kita semua umat muslim di seluruh dunia,agar melaksanakan perintah allah SWT,yang wajib maupun sunah,pada bulan ramadhan ini kita semua harus berlomba~lomba mengumpulkan pahala sebanyak mungkin karena semua perbuatan baik kita akan di catat dan di lipat gandakan pahala nya,maka dari itu marilah kita semua berusaha sekuat mungkin untuk melaksanakan kewajiban kita sebagai umat muslim,
Berikut beberapa amalan khusus di bulan suci ini.

(1). Menyegerakan Berbuka Puasa

Apabila telah tiba waktu berbuka puasa, hendaklah menyegerakan berbuka, karena lebih afdol agar kita mandahulukan berbuka puasa. Rosulullah SAW bersabda :

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفِطْرَ – رواه الشيخان
“Manusia akan sentiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

(2). Memberikan Makanan Berbuka Puasa (Ith’amu ath-tha’am)

مَنْ فَطَرَ صَائِمًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ وَلَا يَنْقُصُ مِنْ اَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئٌ – صحيح النسائى و الترمذى
“Barang siapa yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu” (Shohih Nasa’i dan Tirmidzi)
Lakukan lah meski hanya seteguk air putih kepada orang yang berpuasa.

(3). Melaksanakan Makan Sahur

تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِى السَّحُرِ بَرَكَةٌ – الشيخان –

“Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

(4).Membaca Al-Qur’an (Tilawah)

Ayat Al-Qur’an diturunkan pertamakali pada bulan Ramadhan.
Imam Az-Zuhri berkata, “Apabila datang Ramadhan, maka kegiatan utama kita selain berpuasa adalah membaca Al-Qur’an.” Bacalah dengan tajwid yang baik dan tadabburi, pahami, dan amalkan isinya. Insya Allah, kita akan menjadi insan yang berkah.

Buatlah target untuk diri anda sendiri. Jika di bulan-bulan lain kita khatam membaca Al-Qur’an dalam sebulan, maka misalnya di bulan Ramadhan kita bisa memasang target dua kali khatam. Lebih baik lagi jika ditambah dengan menghafal satu juz atau surat tertentu.

(5).Shalat Tarawih (Qiyamul Ramadhan)

Ibadah sunnah yang khas di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih (qiyamul ramadhan). Dan yang paling penting diingat ialah shalat tarawain dapat dilakukan dirumah sekalipun.

Rasulullah saw pernah merasa khawatir karena takut shalat tarawih dianggap menjadi shalat wajib karena semakin hari semakin banyak yang ikut shalat berjamaah di masjid sehingga beliau akhirnya melaksanakan shalat tarawih sendiri di rumah.

(6).I’tikaf

Inilah amaliyah ramadhan yang selalu dilakukan Rasulullah saw. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribada kepada Allah swt. Abu Sa’id Al-khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah beri’tikaf pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan, dan paling sering di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Sayangnya, ibadah ini dianggap berat oleh kebanyakan orang Islam, jadi sedikit yang mengamalkannya. 
Hal ini dikomentari oleh Imam Az-Zuhri, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan i’tikaf padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”

(7).Lailatul Qadar

Hanya ada di bulan Ramadhan dan ada satu malam yang sangat  istimewa: lailatul qadar, malam yang penuh berkah. Malam itu nilainya sama dengan seribu bulan. Rasulullah saw. amat menjaga-jaga untuk  meraih malam lailatul qadar. Maka, Beliau menyuruh kita mencarinya di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Kenapa? Karena, “Barangsiapa yang shalat pada malam lailatul qadar berdasarkan iman dan ihtissab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Begitu kata Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Bahkan, untuk mendapatkan malam penuh berkah itu, Rasulullah saw. mengajarkan kita sebuah doa, “Allahumma innaka ‘afuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii.” Ya Allah, Engkaulah Pemilik Ampunan dan Engkaulah Maha Pemberi Ampun. Ampunilah aku.

(8).Zakat Fitrah

Zakat fitrah wajib dibayarkan sebelum hari Ramadhan berakhir oleh umat Islam, baik lelaki-perempuan, dewasa maupun anak-anak. Tujuannya untuk mensucikan orang yang melaksanakan puasa dan untuk membantu fakir miskin.

Demikian beberapa amalan di bulan ramadhan,semoga kita bisa melaksanakan nya dengan khusyu dan istiqamah.amin amin....

Monday, May 15, 2017

KH.Hasyim asi'ari


Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’ari, atau sering dieja Asy’ari,
lahir 10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287H) dan wafat pada 25 Juli 1947; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang,
   Beliu adalah pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia hingga saat ini.
          Riwayat Keluarga KH Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang.
Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). Hasyim adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Namun keluarga Hasyim adalah keluarga Kyai. Kakeknya, Kyai Utsman memimpin Pesantren Nggedang, sebelah utara Jombang. Sedangkan ayahnya sendiri, Kyai Asy’ari, memimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Dua orang inilah yang menanamkan nilai dan dasar-dasar Islam secara kokoh kepada Hasyim.
Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan KH Hasyim Ashari memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain.
   Di antara pesantren yang pernah beliu datangi untuk menimba ilmu ialah.
1.pesantren wonokoyo,probolinggo
Kemudian beliu pindah lagi ke 2.pesantren langitan Tuban,lalu pindah lagi ke 3.pesantren trenggilis,semarang,,dan ke pesantren kademangan bangkalan Madura di bawah asuhan kh.cholil.
Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di pesantren yang diasuh Kyai Ya’qub inilah, agaknya, Hasyim merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan. Kyai Ya’qub dikenal sebagai ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup lama –lima tahun– Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya’qub sendiri kesengsem berat kepada pemuda yang cerdas dan alim itu.
    Maka, Hasyim bukan saja mendapat ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun, dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kyai Ya’qub. Tidak lama setelah menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sesudah istri dan anaknya meninggal. Tahun 1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudh At Tarmisi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi..
Tahun l899 pulang ke Tanah Air, Hasyim mengajar di pesanten milik kakeknya, Kyai Usman. Tak lama kemudian ia mendirikan Pesantren Tebuireng. Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses.Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim menghidupi keluarga dan pesantrennya.
 Tahun 1899, Kyai Hasyim membeli sebidang tanah dari seorang dalang di Dukuh Tebuireng. Letaknya kira-kira 200 meter sebelah Barat Pabrik Gula Cukir, pabrik yang telah berdiri sejak tahun 1870.
Dukuh Tebuireng terletak di arah timur Desa Keras, kurang lebih 1 km. Di sana beliau membangun sebuah bangunan yang terbuat dari bambu (Jawa: tratak) sebagai tempat tinggal. Dari tratak kecil inilah embrio Pesantren Tebuireng dimulai.
Kyai Hasyim mengajar dan salat berjamaah di tratak bagian depan, sedangkan tratak bagian belakang dijadikan tempat tinggal. Saat itu santrinya berjumlah 8 orang, dan tiga bulan kemudian meningkat menjadi 28 orang.
Setelah dua tahun membangun Tebuireng, Kyai Hasyim kembali harus kehilangan istri tercintanya, Nyai Khodijah. Saat itu perjuangan mereka sudah menampakkan hasil yang menggembirakan. Kyai Hasyim kemudian menikah kembali dengan Nyai Nafiqoh, putri Kyai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun.
Dari pernikahan ini Kyai Hasyim dikaruniai 10 anak, yaitu: (1) Hannah, (2) Khoiriyah, (3) Aisyah, (4) Azzah, (5) Abdul Wahid, (6) Abdul Hakim (Abdul Kholik), (7) Abdul Karim, (8) Ubaidillah, (9) Mashuroh, (10) Muhammad Yusuf.
Pada akhir dekade 1920an, Nyai Nafiqoh wafat sehingga Kyai Hasyim menikah kembali dengan Nyai Masruroh, putri Kyai Hasan, pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Dari pernikahan ini, Kyai Hasyim dikarunia 4 orang putra-putri, yaitu: (1) Abdul Qodir, (2) Fatimah, (3) Khotijah, (4) Muhammad Ya’kub.
         
        Pernah terjadi dialog yang mengesankan antara dua ulama besar, KH Muhammad Hasyim Asy’ari dengan KH Mohammad Cholil, gurunya. “Dulu saya memang mengajar Tuan. Tapi hari ini, saya nyatakan bahwa saya adalah murid Tuan,” kata Mbah Cholil, begitu Kyai dari Madura ini populer dipanggil. Kyai Hasyim menjawab, “Sungguh saya tidak menduga kalau Tuan Guru akan mengucapkan kata-kata yang demikian. Tidakkah Tuan Guru salah raba berguru pada saya, seorang murid Tuan sendiri, murid Tuan Guru dulu, dan juga sekarang. Bahkan, akan tetap menjadi murid Tuan Guru selama-lamanya.”
Tanpa merasa tersanjung, Mbah Cholil tetap bersikeras dengan niatnya. “Keputusan dan kepastian hati kami sudah tetap, tiada dapat ditawar dan diubah lagi, bahwa kami akan turut belajar di sini, menampung ilmu-ilmu Tuan, dan berguru kepada Tuan,” katanya. Karena sudah hafal dengan watak gurunya, Kyai Hasyim tidak bisa berbuat lain selain menerimanya sebagai santri.
Lucunya, ketika turun dari masjid usai shalat berjamaah, keduanya cepat-cepat menuju tempat sandal, bahkan kadang saling mendahului, karena hendak memasangkan ke kaki gurunya. Sesungguhnya bisa saja terjadi seorang murid akhirnya lebih pintar ketimbang gurunya. Dan itu banyak terjadi. Namun yang ditunjukkan Kyai Hasyim juga Kyai Cholil adalah kemuliaan akhlak.Keduanya menunjukkan kerendahan hati dan saling menghormati, dua hal yang sekarang semakin sulit ditemukan pada para murid dan guru-guru kita. Mbah Cholil adalah Kyai yang sangat termasyhur pada jamannya. Hampir semua pendiri NU dan tokoh-tokoh penting NU generasi awal pernah berguru kepada pengasuh sekaligus pemimpin Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura, ini.

Sedangkan Kyai Hasyim sendiri tak kalah cemerlangnya. Bukan saja ia pendiri sekaligus pemimpin tertinggi NU, yang punya pengaruh sangat kuat kepada kalangan ulama, tapi juga lantaran ketinggian ilmunya. Terutama, terkenal mumpuni dalam ilmu Hadits. Setiap Ramadhan Kyai Hasyim punya ‘tradisi’ menggelar kajian hadits Bukhari dan Muslim selama sebulan suntuk.

Kajian itu mampu menyedot perhatian ummat Islam. Maka tak heran bila pesertanya datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk mantan gurunya sendiri, Kyai Cholil. Ribuan santri menimba ilmu kepada Kyai Hasyim. Setelah lulus dari Tebuireng, tak sedikit di antara santri Kyai Hasyim kemudian tampil sebagai tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas.

KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH. R. As’ad Syamsul Arifin, Wahid Hasyim (anaknya) dan KH Achmad Siddiq adalah beberapa ulama terkenal yang pernah menjadi santri Kyai Hasyim. Tak pelak lagi pada abad 20 Tebuireng merupakan pesantren paling besar dan paling penting di Jawa.

Friday, May 12, 2017

KH.Gholib PAHLAWAN LAMPUNG


Kh.Gholib siapa siih yang nggak kenal dengan beliu....... untuk wilayah pringsewu lampung selatan,dengan semua jasa-jasa dan perjuangan beliu lah yang mengharumkan nama beliu hingga kini.
    Sampai nama beliu di abadikan dengan nama jalan,nama pesantren,nama sekolah.
Makam beliu berletak di Jl. Makam KH. Ghalib No.17, Pringsewu Utara, Kec. Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Lampung 35373, Indonesia.

Hingga sekarang makamnya masih ramai didatangi peziarah dari seputar Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Jakarta, Bandung, Bogor, Jawa, dan Madura. 
Semua bermula dari semangat beliu melawan penjajah.
  Dalam sebuah kisah cerita perjalanan hidup beliu kh.Gholib sangat tidak senang dengan kedatangan jepang dan belanda. Pada masa sebelum, bahkan pascakemerdekaan pun, dia tidak henti mengangkat senapan, bergumul dalam peperangan sengit, seraya berjihad hidup-mati bersama kerabat dan seluruh santrinya mengusir penjajah di wilayah Pringsewu dan sekitarnya. Kemarahan kh. Gholib kepada Jepang dimulai dengan perjuangannya menentang program sei kerie tahun 1942. Bagi lelaki kelahiran 1899 di Kampung Mojosantren, Krian, Jawa Timur, ini (ayahnya bernama K. Rohani bin Nursihan dan ibu Muksiti) tindakan Jepang sudah menindas, menyiksa, dan memeras.
      K.H. Gholib segera menyiagakan pasukan mengusir Jepang dari tanah Bamboo Seribu (sekarang Pringsewu). Walaupun dengan pedang, golok, keris, dan bambu runcing seadanya, mereka tidak lelah menggempur basis-basis Jepang di sana. 
Gholib berkali-kali ditangkap militer jepang.Jepang khawatir pria ganteng-gagah, tangkas, berkulit hitam manis, dan bermisai meruncing ke atas bibirnya ini memengaruhi para kiai; apalagi kh. Gholib menggalang opini menolak ajakan Jepang menyembah Dewa Matahari (Tenno Heika, Kaisar Hirohito). Untung Jepang tidak lama berkuasa karena bertekuk lutut kepada sekutu. Namun, bukan berarti penjajah hapus seluruhnya.
Negara memang diproklamasikan 17 Agustus 1945. Tapi Belanda tidak mengakui kedaulatan kita, bahkan ingin menguasai kembali Indonesia. Belanda kemudian menggempur pertahanan Indonesia di mana-mana. Gholib kembali menyiagakan senjata demi mempertahankan kemerdekaan RI. Dia membentuk pasukan jihad: Pasukan Sabillah Hisbullah yang diambil dari anak-anak didiknya lalu dididik TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan BKR (Badan Keamanan Rakyat). Mereka berlatih cara berperang dan diajar Mayor Inf. Herni, Mayor Inf. Mulkan, K.H. Gholib, dan Mayor Inf. Nurdin. Pasukan Fisabillah dan Laskar Hisbullah (TKR/BKR) bertahan di Pringsewu dari 1 November 1945 sampai 7 Agustus 1946.
Sewaktu Agresi Belanda II 1949, Lampung didarati Belanda melalui Pelabuhan Panjang pada 1 Januari. Pemerintah bersama TRI (Tentara Republik Indonesia) mengungsi ke pedalaman Gedongtataan, Gadingrejo, Pringsewu, Kedondong, dan tempat-tempat lain.
Di Gadingrejo dibentuk pemerintahan darurat dengan residennya Mr. Gele Harun dan wakilnya M. Yasin. Di Pringsewu, basis TRI ditempatkan di pesantren K.H. Gholib dengan tokoh-tokohnya seperti
Kapten Alamsyah (pernah menjadi dubes RI di Belanda) dan Mayor Effendy. Untuk mengganyang Belanda--melalui musyawarah para tokoh--K.H. Gholib ditetapkan sebagai pemimpin pasukan gerilya.
Pada 8 Agustus 1947--20 Oktober 1948, pecah pertempuran di front Baturaja dan Martapura. Pasukan Sabillah dan Laskar Hisbullah dipimpin Gholib dan Kapten Alamsyah Ratuperwiranegara (mantan Menteri Agama dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat era Orde Baru) bertarung seperti banteng luka.
Di Martapura, perang hebat tidak terelakkan. Banyak korban tewas, di pihak Belanda maupun Gholib. Mereka yang selamat di antaranya Mayor Herni, Sukardi, Mayor Nurdin, Sukemi, Mayor Mulkan, Supardi, Abdul Fatah, Silur, Irsan, Suparno, Suwarno, Mardasam, Harun, Hasan, dan Husen. Tanggal 27 November 1949, terjadi perundingan clash order antara delegasi tentara Belanda dan delegasi RI/TNI di Kotabumi, Lampung Utara. Yang hadir: Mayor K.L. Graaf von Renzouw, Mayor Inf. H.N.S. Effendi, Kapten A.L. Shohoka, Kapten Inf. Hamdani, dan Letnan Husen.
Usai "perundingan damai" itu, mereka kembali lagi ke Pringsewu. Belum sempat Gholib duduk di rumahnya, ia mendapat berita Belanda datang kembali ke Tanjungkarang, bahkan sudah masuk Gadingrejo. Gholib cepat mengatur siasat pasukan. Mereka menghancurkan Jembatan Bulok. Belanda tidak kehabisan akal. Mereka memutar lewat Gedongtataan, Kedondong, terus ke Pagelaran, dan dari pesawat diterjunkan pasukan udara dan hujan peluru untuk menghancurkan tempat-tempat persembunyian para pejuang kita
Melihat keadaan sudah tidak aman, Gholib dan pasukan menyeberang ke utara Sungai Way Sekampung, lalu mengungsi ke hutan rimba. Selama Gholib bersembunyi, selama itu pula Belanda merusak dan menghancurkan harta pesantren Gholib seperti rumah, 16 mobil, pabrik tapioka, poliklinik, pasar, pabrik tenun, pabrik padi, rotan, dan kolam renang. 
Sebagian pesantren dibakar, sebagian lagi peralatannya dipindahkan ke tengah pasar Pringsewu kemudian dijadikan rumah makan antek-antek Belanda, dua bus roda enam juga dibawa, termasuk peralatan lain-lain yang tidak terdata. Bahkan, yang tidak mau memberi tahu persembunyian Ghalib dibunuh seperti Ustaz K.H.T. Nuh (karena dianggap sebagai Ghalib), dan tewas seketika. 
Gholib terus mengungsi dan hidup berpindah-pindah. Di sebuah desa, dia sakit, lumpuh, lalu bersiap pulang. Kabar kembali ini cepat terdengar Belanda yang tetap bernafsu menghabisinya. Saat perundingan Belanda-TNI 27 November 1949 di Kotabumi, Belanda memerintahkan polisi federalnya memanggil Gholib untuk perundingan. Tapi Macan Loreng, pasukan khusus kaki tangan penjajah saat itu, berkeras agar Gholib ditahan.

Selama di pengungsian Gholib sekeluarga cemas memikirkan nasib warganya di Pringsewu. Gholib pulang dan berniat salat idulfitri. Beberapa hari kemudian datang utusan Belanda. Gholib disergap Macan Loreng, kemudian dibawa ~ke Gereja Katholik Pringsewu, yang saat dipakai sebagai markas tentara Belanda.
Gholib ditahan 15 hari dan dibebaskan saat persetujuan gencetan senjata tinggal tiga hari diumumkan, malam Kamis Legi, 6 November 1949 (16 Syawal 1968 H). Pukul satu dini hari Gholib meninggalkan penjara, lalu berjalan pulang. Tapi baru 10 meter dia melangkah dari rumah tahanan, K.H. Gholib ditembak dari belakang. Dia gugur seketika.

    Dan sejak kecil, kh.Gholib tidak lagi mengenal ayahnya yang mengembara entah ke mana; kecuali sempat memberi uang seringgit sesaat sebelum Gholib dikhitan.
Sejak usia 7 tahun, sang ibu menyerahkan Gholib kepada Kiai Ali untuk belajar ilmu agama, lalu berguru dengan tokoh amat berpengaruh, pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy'ari, di Pondok Pesantren Tebu Ireng, dan K.H. Kholil di Bangkalan Madura.
Sejak remaja, Gholib senang mengembara menuntut ilmu agama Islam. Ia tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan masalah ubudiah. Ilmu hikmah pun dipelajarinya, dari pesantren ke pesantren; dari satu guru ke guru lainnya. 
Kebiasaan ini tetap dilakukan hingga dewasa sembari mengembangkan syiar Islam. Saat dewasa, Gholib menikahi Syiah'iyah. Namun, sampai akhir hayat beliau tidak punya keturunan, kecuali tiga anak angkat: Jamzali, Siti Romlah, dan Rubaiyah. 

Berikut Setelah membaca cerita dan perjuangan ulama di atas,semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari perjalanan ulama tersebut,betapa besar nya pengorbanan beliu,sampai menjadi sekarang ini,mungkin tanpa jasa beliu pringsewu lampung tidak akan seperti sekarang ini,bersyukurlah untuk kita yang tinggal meneruskan perjuangan mensyiar kan agama islam.
Dan semoga kita bisa meneruskan perjuangan beliu,dan kelak akan di kumpulkan bersama beliu....dan para ulama lain nya
Amin allahumma Amin.